Rabu, 24 September 2014

Karakteristik Matematika

BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang memiliki interprestasi yang demikian beragam. Oleh karena itu matematika yang diajarkan di sekolah juga merupakan bagian dari matematika, maka berbagai karakteristik dan interprestasi matematika dari berbagai sudut pandang juga memainkan peranan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Dengan memahami karakter matematika, guru diharapkan dapat mengambil sikap yang tepat dalam pembelajaran matematika. Lebih jauh lagi, ia seharusnya memahami batasan sifat dari matematika yang dibelajarkan kepada anak didik. Jangan sampai guru memandang matematika hanya sebagai kumpulan rumus belaka, tidak pula hanya sebagai proses berpikir saja. Pemahaman yang komprehensif tentang matematika akan memungkinkan guru menyelenggarakan pembelajaran dengan lebih baik.
B.       Rumusan Masalah
  1. Bagaimana karekteristik matematika yang memiliki kajian objek Abstrak?
  2. Bagaimana karekteristik matematika yang bertumpu pada kesepakatan?
  3. Bagaimana karekteristik matematika yang berpola pikir deduktif?
  4. Bagaimana karekteristik matematika yang memiliki simbol yang kosong dari arti?
C.      Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui bagaimana karekteristik matematika yang memiliki kajian objek Abstrak.
  2. Untuk mengetahui bagaimana karekteristik matematika yang bertumpu pada kesepakatan.
  3. Untuk mengetahui bagaimana karekteristik matematika yang berpola pikir deduktif
  4. Untuk mengetahui bagaimana karekteristik matematika yang memiliki simbol yang kosong dari arti.

BAB II
PEMBAHASAN
A.            Karakteristik Matematika
1.             Memiliki objek kajian yang bersifat abstrak:
          Objek matematika adalah objek mental atau pikiran. Oleh karena itu bersifat abstrak. Objek kajian matematika yang dipelajari di sekolah adalah fakta, konsep, operasi (skill), dan prinsip.
a.              Fakta adalah sebarang permufakatan atau kesepakatan atau konvensi dalam matematika. Fakta matematika meliputi istilah (nama) dan simbol atau notasi atau lambang.
Contoh:
2 adalah simbol untuk bilangan dua. 2 < 3 adalah gabungan simbol dalam mengungkapkan fakta bahwa ‟dua lebih kecil dari 3‟ atau ‟dua lebih sedikit dari 3‟. Pernyataan bahwa 1 km = 1000 m adalah salah satu kesepakatan dalam matematika. Kesepakatan lain misalnya pada garis bilangan, yaitu sebelah kanan 0 adalah bilangan positif, sebelah kiri 0 adalah bilangan negatif.
b.             Konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan suatu objek, sehingga objek itu termasuk contoh konsep atau bukan konsep. Suatu konsep dipelajari melalui definisi. Definisi adalah suatu ungkapan yang membatasi konsep. Melalui definisi orang dapat menggambarkan, atau mengilustrasikan, atau membuat skema, atau membuat simbol dari konsep itu.
Contoh:
Konsep ‟lingkaran‟ didefinisikan sebagai ‟kumpulan titik-titik pada bidang datar yang berjarak sama terhadap titik tertentu‟. Selanjutnya disepakati bahwa titik tertentu itu disebut titik pusat lingkaran. Dengan definisi lingkaran itu selanjutnya orang dapat, membuat sketsa lingkaran, menggambar bentuk lingkaran. Beberapa konsep merupakan pengertian dasar yang dapat ditangkap secara alami (tanpa didefinisikan). Contoh: konsep himpunan. Beberapa konsep lain diturunkan dari konsep-konsep yang mendahuluinya, sehingga berjenjang. Konsep yang diturunkan tadi memperoleh elemen dikatakan berjenjang lebih tinggi daripada konsep yang mendahuluinya.[1]
Contoh : konsep relasi –fungsi – korespondensi satu-satu.
c.              Operasi adalah aturan pengerjaan (hitung, aljabar, matematika, dll.). untuk tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Operasi yang dipelajari siswa SD adalah operasi hitung. Contoh: Pada 2 + 5 = 7, fakta ‟+‟ adalah operasi tambah untuk memperoleh 7 dari bilangan 2 dan 5 yang diketahui. Elemen yang dihasilkan dari suatu operasi disebut hasil operasi. Pada contoh, 7 adalah hasil operasi. Elemen hasil operasi dan yang dioperasikan dapat mempunyai semesta sama atau berbeda. Pada contoh, bilangan yang dioperasikan dan hasil operasi mempunyai semesta sama yaitu himpunan bilangan bulat. Operasi ‟uner‟ adalah operasi terhadap satu elemen yang diketahui. Contoh:
operasi ‟pangkat‟. Operasi ‟biner‟ adalah operasi terhadap dua elemen yang diketahui.
Contoh:
operasi ‟penjumlahan‟, ‟perkalian‟. Operasi sering pula disebut skill. Skill adalah keterampilan dalam matematika berupa kemampuan pengerjaan (operasi) dan melakukan prosedur yang harus dikuasai oleh siswa dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Beberapa keterampilan ditentukan oleh seperangkat aturan atau instruksi atau prosedur yang berurutan, yang disebut algoritma, misalnya prosedur menyelesaikan penjumlahan pecahan berbeda penyebut.
d.             Prinsip adalah hubungan antara berberapa objek dasar matematika sehingga terdiri dari beberapa fakta, konsep dan dikaitkan dengan suatu operasi. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema atau dalil, sifat, dll. Contoh: Pernyataan bahwa luas persegi panjang adalah hasil kali dari panjang dan lebarnya merupakan ‟prinsip‟. Pernyataan bahwa persegi panjang mempunyai 4 sudut siku-siku, sepasang-sepasang sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang merupakan sifat persegi panjang yang tergolong ‟prinsip‟.
2.             Bertumpu pada kesepakatan
                   Fakta matematika meliputi istilah (nama) dan simbol atau notasi atau lambang. Fakta merupakan kesepakatan atau permufakatan atau konvensi. Kesepakatan itu menjadikan pembahasan matematika mudah dikomunikasikan. Pembahasan matematika bertumpu pada kesepakatan- kesepakatan.
Contoh:
Lambang bilangan 1, 2, 3, ... adalah salah satu bentuk kesepakatan dalam matematika. Lambang bilangan itu menjadi acuan pada pembahasan matematika yang relevan.
3.             Berpola Pikir Deduktif
       Matematika mempunyai pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif didasarkan pada urutan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma (postulat), definisi, sifat-sifat, dalil-dalil (rumus-rumus) dan penerapannya dalam matematika sendiri atau dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari.
Pola pikir deduktif adalah pola pikir yang didasarkan pada hal yang bersifat umum dan diterapkan pada hal yang bersifat khusus, atau pola pikir yang didasarkan pada suatu pernyataan yang sebelumnya telah diakui kebenarannya.
Contoh:
Bila seorang siswa telah belajar konsep ‟persegi‟ kemudian ia dibawa ke suatu tempat atau situasi (baru) dan ia mengidentifikasi benda-benda di sekitarnya yang berbentuk persegi maka berarti siswa itu telah menerapkan pola Pikir deduktif (sederhana). Pernyataan-pernyataan dalam matematika diperoleh melalui pola pikir deduktif, artinya kebenaran suatu pernyataan dalam matematika harus didasarkan pada pernyataan matematika sebelumnya yang telah diakui kebenarannya.
          Dalam buku lain deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasarkan atas pengalaman seperti halnya yang terdapat didalam ilmu-ilmu emperis, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi atau penjabaran-penjabaran. Deduksi ialah penalaran yang sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan logika formal. Dalam hal ini, tidaklah mungkin titik-titik tolak yang benar menghasilkan simpulan-simpulan yang tidak benar.
          Ilmu deduktif ialah matametika. Dalam hal ini, sesungguhnya teorema-teorema matematika tidaklah dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan empiris, melainkan melalui penjabaran teorema-teorema yang sudah diperoleh sebelumnya, dan terakhir ini pada gilirannya juga dibuktikan kebenarannya dari teorema-teorema yang sudah ada sebelumnya, dan begitu seterusnya. Teorema-teorema matematika dibuktikan kebenarannya berdasarkan atas teorema-teorema yang lain, dan bukannya berdasarkan atas pengamatan dilapangan.[2] Dalam bahasa filsafat yang merupakan karakteristiknya- usaha pencarian kebenaran melalui sebuah titik tolak ini disebut spekulatif. Dengan perkataan lain, matekamtika adalah pengetahuan yang mempunyai sistem tertutup. Dalam hal ini, matematika hanya menawarkan pemnyimpulan yang pasti bernilia benar-penjelasan lebih jauh akan diberikan pada sub bab berikutnya.
          Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang bersifatdeduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana, tetapi juga dapat terwujud dalam bentuk  yang tidak sederhana.
Contoh:
-  Seorang siswa telah memahami konsep dari “lingkaran”. Ketika berada di dapur, ia dapat menggolongkan mana peralatan dapur yang berbentuk lingkaran dan mana yang bukan lingkaran. Dalam hal ini, siswa tersebut telah menggunakan pola pikir deduktif secara sederhana ketika menunjukan suatu peralatan yang berbentuk lingkaran.
-  Perhatikan pola jumlah bilangan-bilangan ganjil berikut ini!
               1 = 1 x 1 = 1²
          1 + 3 = 2 x 2 = 2²
1 + 3 + 5 = 3 x 3 = 3 ²
1 + 3 + 5 + 7 = 4 x 4 = 4²
                                      … dan seterusnya
Dari pola yang terlihat kemudian disimpulkan bahwa:
          1 + 3 + 5 + … + (2n -1) = n² , n adalah bilangan ganjil.
Penarikkan kesimpulan dengan pola pikir induktif di atas tidak dapat dibenarkan dalam matematika. Pendekatan induktif tersebut tidaklah salah, tetapi untuk dapat diterima sebagai suatu kebenaran harus dapat dibuktikan secara umum (deduktif).




Salah satu bukti deduktif dapat ditempuh dengan cara  sebagai berikut:
1           +       3      +      5      + … + (2n – 5) + (2n – 3) +   (2n – 1) = S
(2n – 1) + (2n – 3) + (2n – 5) + … +       5     +       3      +      1         = S
2n          +      2n    +      2n     + … +      2n    +      2n     +     2n        = 2S
                                       Sebanyak n suku

                                                                                                                                                                                                                               n. 2n = 2S

          sehingga S = ½.n.2n = n² [3]

4.             Memiliki Simbol yang Kosong Arti
          Matematika memiliki banyak simbol. Rangkaian simbol-simbol dapat membentuk kalimat matematika yang dinamai model matematika. Secara umum simbol dan model matematika sebenarnya kosong dari arti, artinya suatu simbol atau model matematika tidak ada artinya bila tidak dikaitkan dengan konteks tertentu.
Contoh:
simbol x tidak ada artinya. Bila kemudian kita menyatakan bahwa x adalah bilangan bulat, maka x menjadi bermakna, artinya x mewakili suatu bilangan bulat. Pada model matematika x + y = 40, x dan y tidak berarti, kecuali bila kemudian dinyatakan konteks dari model itu., misalnya: x dan y mewakili panjang suatu sisi bangun datar tertentu atau x dan y mewakili banyaknya barang jenis I dan II yang dijual di suatu toko. Kekosongan arti dari simbol-simbol dan model-model matematika merupakan ‟kekuatan‟matematika, karena dengan hal itu matematika dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.


BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat di simpulkan bahwa karakteristik- karakteristik umum matematika yaitu sebagai berikut:              
  1. Memiliki Kajian Objek Abstrak.
  2. Berpola pikir Deduktif
  3. Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti.






















DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Aulia. 2011. Keapriorian Matematika dalam Perspektik Filsafat Islam. Banjarmasin : Penerbit Antasari Press.
Fathani, Halim Abdul. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.









[1] http://muhartirina.blogspot.com/2010/11/karakteristik-matematika.htm
[2] Aulia Rahman, Keapriorian Matematika dalam Perspektik Filsafat Islam. (Banjarmasin : Penerbit Antasari Press, 2011). Hlm. 32-33.
[3] Abdul Halim Fathani. Hakikat & Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2009. Hlm. 68-69