BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
semakin cepat. Kita sebagai seorang pendidik, dituntut untuk semakin kreatif
dalam mengembangkan atau menyajikan materi ajar kita kepada siswa atau peserta
didik. Sehingga hasil dari proses yang kita kembangkan membuat peserta didik
kita siap menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini. Seperti yang
kita tahu, untuk memperoleh pengetahuan itu, tidak harus mendapatkannya
dibangku sekolah saja atau dengan kata lain ilmu dapat kita peroleh dari mana
saja, terutama lewat lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, pemahaman
tersebut harus dapat kita tanamkan pada setiap peserta didik kita agar
pengetahuan yang mereka peroleh tidak hanya sebatas pengetahuan dari sekolah
saja.
Kita sebagai pendidik juga dapat menanamkan pemahaman
kepada peserta didik kita untuk belajar mandiri dengan maupun tanpa bimbingan
dari guru. Peserta didik harus mampu mengembangkan kemampuan yang diperoleh
dari lingkungannya untuk menemukan suatu konsep dalam pembelajaran. Selain itu
peserta didik juga harus terbiasa dengan pemahaman untuk belajar berlangsung
seumur hidup mereka.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa saja Komponen-komponen dalam Proses Pembelajaran ?
2.
Apa saja tugas guru dalam Proses Pembelajaran
4. Apa saja peran guru dalam Proses Pembelajaran?
5. Apa saja Permasalahan Guru dalam
Proses Pembelajaran?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Komponen-komponen dalam Proses Pembelajaran
Pandangan mengenai konsep
pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan
perkembangan IPTEK. Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar.
Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi:
kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan evaluasi. Pelaksanaan
pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga
tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh
karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana
perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.
komponen pembelajaran adalah
kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang
merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. Di dalam pembelajaran,
terdapat komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu :
1.
Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum (
curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir yang
artinya “pelari” dan curere yang
berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis, istilah kurikulum
mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh
atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian
kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan
kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan
yang diharapkan. Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana
keakraban dalam proses belajar mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang
memadai.
Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di
dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh
dan kuat.
2.
Guru
Kata Guru berasal dari bahasa
Sansekerta “guru” yang juga
berarti guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar
suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Di
dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru
memegang peranan penting. Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk
utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai
pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing,
pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi
kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.
Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan
untuk seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam
konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti
bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu
dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar
belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa,
sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan atau
kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu
perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.
4.
Metode
Metode pembelajaran adalah cara
yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan
dengan baik, metode-metode tersebut antara lain :
a.
Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
b.
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu
metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid
menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan
murid itu .
c. Metode
Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan
sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk
membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis.
d.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
e.
Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode
atau cara di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau
percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
5.
Materi
Materi juga merupakan salah satu
faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus
menurut Hutchinson dan Waters adalah:
1.
Adanya teks yang menarik.
2.
Adanya kegiatan atau aktivitas yang
menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa.
3.
Memberi kesempatan siswa untuk
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki.
4.
Materi yang dikuasai baik oleh
siswa maupun guru.
Dalam kegiatan belajar, materi
harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan
memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang
merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan
kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
6.
Alat Pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa
latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft
ware) atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau
alat bantu belajar.
7.
Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari
bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat
lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data
seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa,
guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan
mengembangkan kemampuan belajar[1].
B.
Tugas Guru
1.
Guru adalah figur seorang pemimpin.
Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik.
2.
Sebagai suatu profesi
3.
Tugas kemanusiaan
4.
Tugas kemasyarakatan
Bila
dirinci lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang telah disebutkan. Menurut
Roestiyah N.K., bahwa guru dalam mendidik peserta didik bertugas untuk :
1.
Menyerahkan kebudayaan kepada
peserta didik
2.
Membentuk kepribadian peserta didik
3.
Menyiapkan peserta didik menjadi
warga Negara yang baik
4.
Sebagai perantara dalam belajar
5.
Sebagai pembimbing
6.
Sebagai penghubung antara sekolah
dan masyarakat
7.
Sebagai penegak disiplin
8.
Sebagai administrator dan manajer
9.
Sebagai profesi
10.
Sebagai perencana kurikulum
11.
Sebagai pemimpin
12.
Sebagai sponsor dalam kegiatan
peserta didik[2]
C.
Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau
siapa saja yang menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan
dari guru seperti diuraikan di bawah ini :
1.
Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik
dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul
dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua niilai ini mungkin telah dimiliki
peserta didik dan mungkin pula telah mempengaruhinnya sebelum peserta didik
masuk sekolah. Latar belakang peserta didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural
masyarakat dimana peserta didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai
yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan
dari jiwa dan watak peserta didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah
mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi
semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan peserta didik. Koreksi yang harus guru
lakukan terhadap sikap dan sifat peserta didik tidak hanya di sekolah, tetapi
juga di luar sekolah. Sebab peserta didik justru lebih banyak melakukan
pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosial, dan agama.
2.
Inspirator
Sebagai Inspirator,
guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar peserta
didik. Persoalan belajar adalah masalah utama peserta didik. Guru harus dapat
memberikan petunjuk (ilham) bagaimana belajar yang baik. Petunjuk itu tidak
tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar. Dari pengalaman
pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana belajar yang baik.
3.
Informator
Sebagai Informator,
guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi,selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang
telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan
dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi peserta didik. Untuk menjadi
Informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya.
Ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada peserta didik.
Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan peserta didik dan
mengabdi untuk peserta didik.
4.
Organisator
Sebagai Organisator,
adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru
memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah,
menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga
dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada peserta didik.
5.
Motivator
Sebagai Motivator,
guru hendaknya dapat mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar.
Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisi motif-motif yang
melatarbelakangi peserta didik malas belajar dan menurun prestasinya di
sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam
interaksi edukatif tidak mustahil ada di Antara peserta didik yang malas
belajar dan sebagainya.
6.
Inisiator
Sebagai inisiator,
guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran.
7.
Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas
yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar peserta didik.
8.
Pembimbing
Peranan guru yang
tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah
sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru
disekolah adalah untuk membimbing peserta didik untuk menjadi manusia dewasa
susila yang cakap.
9.
Demonstrator
Dalam interaksi
edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat dipahami. Apalagi peserta didik
yang memiliki inteligensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar
dipahami peserta didik, guru harus berusaha dengan membantunya. Dengan cara
memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru
inginkan sejalan dengan pemahaman peserta didik, tidak terjadi kesalahan
pengertian antara guru dan peserta didik.
10.
Pengelola
Kelas
Sebagai pengelola
kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah
tempat berhimpun semua peserta didik dan guru dalam rangka menerima bahan
pelajaran dari guru.
11.
Mediator
Sebagai mediator,
guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nomaterial dan
materiil.
12.
Supervisor
Sebagai Supervisor,
guru hendaknya dapat membantu memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap
proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar
dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.
13.
Evaluator
Sebagai evaluator,
guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan
memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik[3].
D.
Permasalahan Guru dalam Proses Pembelajaran
Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan
dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta
menghindari dari kesalahan-kesalahan. Menurut E. Mulyasa (2011:19) dari
berbagai hasil kajian menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang
sering dilakukan guru dalam permbelajaran, yaitu ;
1. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran
Tugas guru paling utama adalah
mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada
peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa diatara para guru banyak yang
merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat
menunjukan alasan yang mendasari asumsi itu.
Asumsi keliru tersebut seringkali
menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinga banyak guru yang suka mengambil
jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
evaluasi.
Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu system, yang
jika salah satu komponennya terganggu, maka akan menggangu seluruh system
tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan
setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran., serta merevisi sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, dan perkembangan zamannya.
Harus selalu diingat mengajar
tampa persiapan merupakan jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya, yang dapat
merugikan perkembangan peserta didik, dan mengancam kenyamanan guru.
2. Menunggu Peserta Didik Berperilaku
Negative
Dalam pembelajaran di kelas, guru
berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan.
Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang
positif , sebaliknya perhatian yang negative akan menghambat perkembangan peserta
didik. Mereka senang jika mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa jika
kurang diperhatikan .
Namun sayang kebanyakan guru
terperangkap dengan pemahaman yang keliru tentang mengajar, mereka menganggap
mengajar adalah menyampaikan maateri kepada peserta didik, mereka juga
menganggap mengajar adalah memberika pengetahuan kepada peserta didik. Tidak
sedikit guru yang sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik,
serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik, dan tidak membuat
masalah.
Biasanya guru baru memberikan
perhatian kepada peserta didik ketika rebut, tidur dikelas, tidak memperhatikan
pelajaran, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut
sering kali mendapatkan tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka
beranggapan bahwa untuk mendapatkan perhatian dari guru harus berbuat salah,
burbuat gaduh, menganggu atau melakukan tindakan tidak disiplin lainnya.
Seringkali terjadi perkelahian pelajar hanya karena mereka tidak
mendapatkan perhatian, dan meluapkannya melalui perkelahian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebanyakan peserta didik tidak tahu bagaimana cara yang tepat
untuk mendapatkan perhatian dari guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya,
tetapi mereka tahu cara menggangu teman, membuat keributan, serta perkelahian,
dan ini kemudian yang mereka gunakan untuk mendapatkan perhatian.
Guru perlu belajar untuk
menangkap perilaku positif yang ditunjukan oleh para peserta didik, lalu segera
memberi hadiah atas prilaku tersebut dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya
hal ini sederhana. tetapi memerlukan upaya sungguh-sungguh untuk tetap mencari
dan member hadiah atas perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara
kelompok maupun individual.
Menghargai perilaku peserta didik
yang postif sungguh memmberikan hasil nyata. Sangat efektif jika pujian guru
langsung diarahkan kepada perilaku khusus dari pada hanya diekspresikan dengan
pernyataan positif yang sifatnya sangat umum. Sangat efektif guru berkata “termakasih
kalian telah mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh” daripada “kalian
sangat baik hari ini”
Disisi lain, guru harus
memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negatf, dan mengeliminasi
perilaku-perilaku tersebut agar tidak terulang kembali. Guru bisa mencontohkan
berbagai perilaku peserta negatif , misalnya melalui ceritera dan ilustrasi,
dan memberikan pujian kepada mereka karena tidak melakukan perilaku negative
tersebut. Sekali lagi “Jangan menunggu peserta didik berperilaku
negative”.
3. Menggunakan Destructive Disclipline
Akhir-akhir ini banyak perilaku
negatif yang dilakukan oleh para peserta didik, bahkan melampaui batas
kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hokum, melanggar tata
tertib, melanggar norma agama, criminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan
masyarakat. Demikian halnya dengan pembelajaran, guru akan mengahadapi
situasi-situasi yang menuntut guru harus melakukan tindakan disiplin.
Seperti alat pendidikan lain,
jika guru tidak memiliki rencana tindakan yang benar, maka dapat melakukan
kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan hukuman kepada peserta
didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang diperbuat, tidak jarang
guru memberikan hukuman diluar batas kewajaran pendidikan, dan banyak guru yang
memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan.
Dalam pada itu seringkali guru
memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik diluar kelas (PR),
namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan peserta didik dan
mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan
peserta didik. Yang sering dialami peserta didik adalah guru sering memberikan
tugas , tetapi tidak pernah memberi umpan balik terhadap tugas-tugas yang
dikerjakan. Tindakan tersebut merupakan upaya pembelajaran dan penegakan
disiplin yang destruktrif, yang sangat merugikan perkembangan peserta didik.
Bahkan tidak jarang tindakan
destructive disclipline yang dilakukan oleh guru menimbulkan kesalahan yang
sangat fatal yang tidak hanya mengancam perkembangan peserta didik, tetapi juga
mengancam keselamatan guru. Di Jawa Timur pernah ada kasus seorang peserta
didik mau membunuh gurunya dengan seutas tali raffia, hanya gara-gara gurunya
memberikan coretan-coretan merah pada hasil ulangannya.
Kesalahan-kesalaha seperti yang
diuraikan diatas dapat mengakibatkan penegakan disiplin menjadi kurang efektif,
dan merusak kepribadian dan harga diri peserta didik. Agar guru tidak melakukan
kesalahan-kesalahan dalam menegakkan disiplin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu :
§
Disiplinkan peserta didik ketika
anda dalam keadaan tenang
§
Gunakan disiplin secara tepat
waktu dan tepat sasaran
§
Hindari menghina dan mengejek
peserta didik
§
Pilihlah hukuman yang bisa
dilaksanakan secara tepat
§
Gunakan disiplin sebagai
alat pembelajaran.
4. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Kesalahan berikutnya yang
sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah mengabaikan perbedaan individu
peserta didik. Kita semua mengetahui setiap peserta didik memiliki perbedaan
yang sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik
memiliki emosi yang sangat bervariasi, dan sering memperlihatkan sejumlah
perilaku yang tampak aneh. Pada umumnya perilaku-perilaku tersebut cukup normal
dan dapat ditangani dengan menciptakan pembelajaran yang kondusif. Akan tetapi
karena guru disekolah dihadapkan pada sejumlah peserta didik, guru seringkali
sulit untuk membedakan mana perilaku yang wajar atu normal dan mana perilaku
yang indisiplin dan perlu penanganan khusus.
Setiap peserta didik memiliki
perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian
yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang social ekonomi, dan
lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas,
intlegensi, dan kompetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan
individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi cirri
kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah
seharusnya guru memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus memahami
ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan
kembali.
Sehubungan dengan uraian diatas,
aspek-aspek peserta didik yang peru dipahami guru antara lain: kemampuan,
potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, ctatan
kesehatan, latar belakang sekolah dan kegiatannya disekolah. Informasi tersebut
dapat dieroleh dan dipelajari dari laporan atau catatan sekolah, informasi dai
peserta didik lain (teman dekat), observasi langsung dalam situasi kelas, dan
dalam berbagai kegiatan lain di luar kelas, serta informasi dari peserta didik
itu sendiri melalui wawancara, percakapan dan autobiografi.
5. Merasa Paling Pandai
Kesalahan lain yang sering
dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling pandai dikelas.
Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik
disekolahnya relative lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa
peserta didik tersebut lebih bodoh disbanding dirinya, peserta didik dipandang
sebagai gelas yang perlu di isi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan
karena dalam kondisi seperti
sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui internet dan berbagai media
massa, yang mungkin guru belum menikmatinya.
Hal ini terjadi terutama di
kota-kota besar, ketika peserta didik datang dari keluarga kaya yang dirumahnya
memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, serta berlangganan Koran dan
majalah yang mungkin lebih dari satu edisi, sedangkan guru belum memilikinya.
Denan demikian peserta didik yang belajar mungkin saja lebih pandai daripada
guru. Jika ini terjadi maka guru harus demokratis untuk bersedia belajar
kembali, bahkan belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling
membelajarkan. Dalam hal ini guru harus menjadi pembelajar sepanjang
hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan
perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Jika tidak, maka akan ketinggalan
kereta, bahkan disebut guru ortodok.
6. Diskriminatif
Pembelajaran yang baik dan
efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar secara adil dan merata
(tidak diskriminatif), sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran meupakan kewajiban guru dan hak
peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak
adil, sehingga merugikan perkembangna peserta didik, dan ini merupakan
kesalahan guru yang sering dilakukan , terutama dalam penilaian. Penilaian
merupakan upayakan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai
dengan usaha yang dilakukannya selama proses pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam
memeberikan penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan
cermin dari perilaku peserta didik. Namun demikian tidak sedikit guru yang
menyalahgunakan penilaian, misalnya sebagai ajang untuk balas dendam, atau ajang
untuk menyalurkan kasih sayang diluar tanggung jawabnya sebagai seorang guru.
7. Memaksa hak peserta didik
Memaksa hak peserta didik
merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akubat dari kebiasaan
guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan,
memperoleh penghasilan tambahan, itu sudah menjadi haknya, tetapi tindakkan
memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku tertentu sangat
fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja,
tetapi kalau memaksa kasihan bagi orangtua yang tidak mampu.
Kondisi semacam ini sering kali
membuat prustasi peserta didik, bahkan di Garut pernah pernah ada peserta didik
bunuh diri hanya karena dipaksa untuk membeli alat pelajaran tertentu oleh
gurunya. . Kerna peserta didik tersebut tidak memiliki uang atau tidak mampu
dia nekat bunuh diri. Ini contoh akibat fatal dari guru yang suka berbisnis
disekolah dengan memaksa peserta didiknya untuk membeli. Hindarilah, ingat
sebagai guru akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia gaji tidak
seberapa, jangan kotori keuntungan akhirat dengan menodai profesi. Niatkan
menjadi guru sebagai ibadah. Jadikan pekerjaan guru sebagai ladang amal yang
akan dipanen hasilnya kelak diakhirat. Percayalah, dan tanyakan pada hati
nurani. Jangan mengambil keuntungan sesaat, tetapi menyesatkan. Sadarlah wahai
guru, agar namamu selalu sejuk dalam sanubariku. Demikianlah penjelasan E.
Mulyasa mengenai 7 Kesalahan Yang Sering Dilakukan Guru Dalam Pembelajaran.
Sedangkan menurut Dr. Wina
Sanjaya ( 2005 : 70 ) menyebutkan ada 4 kekeliruan dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru yaitu :
1.
Ketika mengajar, guru tidak
berusaha mencari informasi, apakah materi yang diajarkannya sudah dipahami oleh
siswa atau belum.
2.
Dalam proses belajar mengajar
guru tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. Komunikasi bisa terjadi
satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai
materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan
berpikir.
3.
Guru tidak berusaha mencari umpan
balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya.
4.
Guru menganggap bahwa ia adalah
orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan siswa.
Siswa dianggap sebagai " tong kosong " yang harus diisi dengan
sesuatu yang dianggapnya sangat penting[4].
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Menyikapi peluang dan tantangan kehidupan global, peran dan
tanggung jawab guru pada masa sekarang dan mendatang akan semakin kompleks,
sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan
penyesuaian kemampuan profesionalnya. Oleh karena itu, kondisi
kesejahteraan guru harus dipenuhi agar guru terdorong untuk banyak memberi
perhatian kepada anak didiknya dan lebih mempersiapkan diri dalam proses
pembelajaran sehingga kondisi proses pembelajaran berjalan secara efektif dan
efisien. Guru merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perubahan
kurikulum dan implementasinya dalam pembelajaran.
Dalam implementasi kurikulum yang baik adalah guru harus
mengajarkan siswa tentang cara belajar, cara mengingat, cara berpikir dan cara
memotivasi diri sendiri. Proses pembelajaran berbasis kompetensi adalah proses
pendeteksian kemampuan dasar siswa untuk memudahkan terciptanya suatu tujuan
secara teoritis dan praktis. Jadi, seorang guru harus dapat menciptakan dan
menumbuhkan kegiatan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara
efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu, guru harus menyadari bahwa
pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek
pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan.
B.
SARAN
Untuk meningkatkan keprofesionalan guru, maka guru harus memahami
peran dan tugasnya sebagai seorang guru yaitu sebagai sumber belajar, pendidik,
pembelajar, pembimbing, pelatih, penasehat, agen pembaharu (innovator) serta
sebagai model dan teladan.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta: Asdi Mahasatya, 2010
Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Wijaya dan Thabrani. Kemampuan
Dasar guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991
https://www.facebook.com/notes/zyah-el-qonita/7-tujuh-kesalahan-yang-sering-dilakukan-guru-dalam-pembelajaran/581233375221917
[1]
http://koffieenco.blogspot.com/2014/01/pengertian-dan-macam-macam-komponen.html
diakses tanggal 29 maret 2014 jam 10.12 WITA
[2]
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta : Rineka Cipta, 2010, cet. 3, hlm. 36-39
[3]
Ibid, hlm. 43-48
[4]
https://www.facebook.com/notes/zyah-el-qonita/7-tujuh-kesalahan-yang-sering-dilakukan-guru-dalam-pembelajaran/581233375221917
diakses tanggal 29 maret 2014 jam 10.58 WITA
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusijin copas ya ka, thx u
BalasHapusterima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan hubungi website kami www.schoolmantic.com
BalasHapus