BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Makhluk hidup merupakan benda hidup yang
mempunyai ciri-ciri yang membedakan dengan benda tak hidup. Ciri-ciri tersebut
seperti halnya memerlukan makan, bernapas, tumbuh dan berkembang, mampu
berkembang biak, peka terhadap rangsang serta bergerak. Selain itu, ciri-ciri
makhluk hidup yang membedakan dengan benda tak hidup adalah mengeluarkan zat
sisa.
Makhluk hidup di dunia ini sangat
beragam. Keanekaragaman makhluk hidup tersebut yang membuat para ilmuan yang
ingin mempelajari makhluk hidup secara lebih lanjut membuat suatu sistem yang
disebut klasifikasi. Klasifikasi ini bertujuan untuk mempermudah para ilmuan
memilah-milah perbedaan serta persamaan yang terdapat pada makhluk hidup yang
satu dengan yang lainnya. Perbedaan dan persamaan tersebut meliputi perbedaan
dan persamaan baik secara morfologi, anatomi, fisiologi, tingkah laku dan
sebagainya.
Keanekaragaman makhluk hidup meliputi
berbagai macam keragaman bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat
pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk hidup yaitu tingkatan ekosistem,
tingkatan jenis dan tingkatan gen.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
saja ciri-ciri makhluk hidup ?
2.
Apa
aja tingkat keanekaragaman makhluk hidup ?
3.
Apa
saja perbedaan benda hidup dan mati ?
4.
Apa
saja pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri ?
5.
Bagaimana
tata cara penamaan ilmiah pada makhluk hidup ?
C.
TUJUAN PENULISAN
Untuk lebih mendalami secara lebih luas mengenai ciri-ciri makhluk
hidup, tingkat keanekaragaman makhluk hidup, perbedaan benda hidup dan mati, dan
pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri, serta tata cara penamaan pada
makhluk hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Identifikasi Ciri-Ciri Makhluk Hidup
Bila kita mengamati benda yang terdapat di sekitar kita, misalnya
batu, tanah, tumbuhan, dan hewan, maka dengan mudah kita dapat menyebutkan
bahwa tanah dan batu termasuk makhluk tak hidup (benda mati). Sedangkan,
tumbuhan dan hewan termasuk makhluk. Dalam contoh ini, kit dapat dengan mudah
membedakan antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Namun, dalam beberapa
peristiwa, kita ragu untuk menentukan apakah suatu benda termasuk makhluk hidup atau makhluk tak
hidup.
Untuk menjadi pedoman apakah suatu benda termasuk makhluk hidup
atau tak hidup kita dapat memperhatikan gejala-gejala yang terdapat pada benda
tersebut.setiap makhluk hidup mempunyai gejala-gejala hidup, sedangkan makhluk
tak hidup tidak mempunyai gejala-gejala hidup. Dengan demikian, gejala-gejala
hidup merupakan ciri pokok dari makhluk hdup. Gejala-gejala hidup
sekurang-kurangnya meliputi delapan hal berikut ini :
1.
Makanan
atau Nutrisi
Semua makhluk hidup memerlukan makanan dan air. Bagi makhluk hidup,
makanan sangat diperlukan untuk :
-
Menghasilkan
energi
-
Pertumbuhan
-
Mengganti sel-sel yang usang
-
Perkembangbiakan
Air juga sangat diperlukan makhluk hidup,
yaitu untuk menjaga stabilitas suhu dan sebagai pelarut zat di dalam tubuhnya.
Hewan, manusia, dan beberapa jenis tumbuhan, seperti jamur, tidak dapat
menghasilkan zat makanannya sendiri, yaitu melalui proses fotosintesis. Dalam
proses ini, air dan karbon dioksida diubah menjadi senyawa karbohidrat di dalam
butir-butir hijau daun.
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 +
6 O2
Karbon
Air Klorofil Glukosa
Oksigen
dioksida
Tumbuhan, seperti tali putri dan jamur, tidak
mempunyai klrofil sehingga tidak dapat menyusun zat makanannya sendiri. Zat
makanan yang dibutuhkannya diperoleh dari makhluk lain. Tali putri memperoleh
zat makanan dari tumbuhan yang ditumpanginya. Sedangkan, jamur memperoleh zat
makanan dari sampah-sampah yang telah membusuk.
2.
Bergerak
Semua makhluk hidup dapat bergerak. Ada
makhluk hidup yang dapat bergerak bebas atau berpindah tempat dan ada yang
tidak dapat bergerak bebas. Gerak berpindah tempat pada manusia dan hewan
umumnya dapat diamati dengan mudah. Untuk berpindah tempat tersebut, hewan dan
manusia dilengkapi alat khusus. Manusia berpindah tempat dengan kaki, kupu-kupu,
dan burung berpindah tempat (terbang) dengan sayap, dan ikan berenang dengan
siripnya. Hewan bersel satu bergerak dengan bulu cambuk dan ada pula yang
bergerak dengan bulu getar.
Pergerakan beberapa jenis hewan seperti hewan
spon dan hewan karang serta tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi hanya dilakukan oleh
sebagian alat tubuhnya. Dengan demikian, gerak berpindah tempat pada
hewan-hewan tersebut tidak jelas. Gerak pada tumbuhan terjadi karena adanya
peristiwa tumbuh. Akar bergerak menembus lapisan tanah, sedangkan batang tumbuh
bergerak menuju sumber sinar.
3.
Pernapasan
Setiap makhluk memerlukan energi untuk
aktivitas hidupnya. Energi itu berasal dari pembakaran zat makanan yang
terdapat di dalam tubuhnya. Untuk pembakaran zat makanan itu diperlukan
oksigen. Pengambilan oksigen dari udara dan penggunaannya di dalam tubuh
disebut pernapasan atau respirasi. Penggunaan oksigen di dalam tubuh
disebut oksidasi biologi. Proses oksidasi ini menghasilkan energi yang
digunakan untuk berbagai kegiatan tubuh dan menghasilkan zat sisa berupa karbon
dioksida. Pada manusia, energi atau tenaga tersebut digunakan untuk keja otot,
gerak berpindah tempat, memanaskan badan, dan lain-lain.
Semua makhluk hidup melakukan proses
pernapasan. Bernapas adalah proses mengambil udara (O2) dari luar
dan mengeluarkan udara (CO2) dari dalam tubuh. Oksigen (O2)
sangat diperlukan makhluk hidup untuk pembakaran makanan dalam tubuh dan
menghasilkan energi yang diperlukan tubuh atau disebut juga oksidasi tubuh.
Energi ini digunakan tubuh untuk bergerak dan melakukan aktivitas lainnya.
Reaksi oksidasinya sebagai berikut :
Zat makanan + oksigen energi + uap
air + karbon dioksida.
Untuk dapat bernapas diperlukan alat-alat
pernapasan. Hewan bertulang belakang paru-paru, sedangkan yang hidup di air,
misalnya ikan, bernapas dengan insang. Pada hewan bersel satu dan hewan yang
bersel satu dan hewan yang belum mempunyai alat pernapasan khusus, pengambilan
oksigen dan pengeluaran zat karbon dioksida dilakukan oleh seluruh permukaan
tubuhnya. Pada tumbuhan, pengambilan oksigen dilakukan oleh mulut daun atau stomata.
4.
Pengeluaran Zat Sisa
Pembakaran
zat makanan yang berlangsung di dalam tubuh, di samping menghasilkan energi
akan menghasilkan pula zat sisa. Zat-zat sisa itu berupa air dan karbon
dioksida. Jumlah zat-zat sisa di dalam tubuh yang terus meningkat akan
membahayakan tubuh. Oleh karena itu, zat sisa tersebut harus dikeluarkan.
Proses pegeluaran zat sisa dari dalam tubuh dinamakan pengeluaran atau ekskresi.
Pada hewan tingkat rendah, zat sisa tersebut
dikeluarkan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Sedangkan pada hewan tingkat
tinggi, pengeluaran zat sisa tersebut dilakukan oleh alat khusus. Misalnya,
pada vertebrata alat ekskresinya berupa ginjal, kulit, dan paru-paru; pada
serangga alat pernapasannya berupa saluran malphigi, sedangkan pada manusia ada
berupa air kencing (urine) dikeluarkan melalui ginjal, CO2
dikeluarkan paru-paru, dan keringat dikeluarkan melalui pori-pori pada kulit.[1]
5.
Tumbuh dan
Berkembang
Tumbuh adalah pertumbuhan ukuran tubuh yang
tidak kemblai lagi ke ukuran semula Pada saat manusia baru lahir, ukuran
panjang tubuhnya hanya sekitar 50 cm, sedangkan beratnya sekitar 3 kg. Makin
bertambah umur, panjang/tinggi dan berat badannya makin bertambah. Hal itu
terjadi karena manusia mengalami pertumbuhan. Berkembang adalah proses menuju
kedewasaan yang dipengaruhi oleh hormon, nutrisi dan lingkungan.
Hal serupa juga terjadi pada tumbuhan. Pada
saat tumbuhan baru berkecambah, ukurannya tidak lebih dari 1 cm. Beberapa tahun
kemudian, tumbuhan tersebut telah menjadi pohon yang tingginya mencapai
beberapa meter.
Pertambahan ukuran tubuh makhluk-makhluk
tersebut terjadi karena adanya kenaikan/penambahan jumlah sel penyusun serta
pembesaran sel-sel penyusun tubuh.
6.
Berkembang Biak
Berkembang biak atau repreduksi adalah
pembentukan individu baru yang sifatnya mirip dengan induknya. Bagi makhluk
hidup, repreduksinya berfungsi untuk mempertahankan jenisnya, agar terhindar
dari kepunahan.
Cara berkembang biak makhluk hidup ada
bermacam-macam. Ada makhluk hidup yang berkembang biak secara kawin dan ada
yang berkembang biak secara tak kawin. Manusia berkembang biak dengan
melahirkan bayi, sapi melahirkan anak, burung bertelur, tumbuhan paku dengan
spora, dan tumbuhan biji dengan menghasilkan biji.
7.
Peka Terhadap Rangsang
Setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk
bereaksi (peka) terhadap segala perubahan di sekitarnya. Untuk mengenali segala
macam perubahan yang terjadi di sekitarnya, hewan dan manusa dilengkapi alat
indera. Alat indera tersebut adalah telinga, indera yang peka terhadap getaran
suara, mata peka terhadap rangsangan cahaya, hidung peka terhadap gas, lidah peka terhadap rasa, dan kulit peka
terhadap sentuhan.
Tumbuhan tidak mempunyai alat indera. Tetapi,
tumbuhan mempuyai alat indera. Tetapi, tumbuhan mempunyai kemampuan untuk
bereaksi terhadap rangsangan lingkungannya. Misalnya. Daun putri malu akan
menutup bila terkena sentuhan, terkena panas, atau pada malam hari. Ujung batang
tumbuhan akan selalu bergerak menuju ke tempat yamg kayaair dan hara di dalam
tanah. Sifat mampu menanggapi rangsangan yang datang dari lingkungannya itu
disebut iritabilitas.
8.
Memerlukan Suhu Lingkungan Tertentu
Setiap makhluk hidup hidup hanya dapat hidup
dengan baik pada lingkungan yang sesuai. Tumbuhan tropis hidup baik pada suhu
lingkungan antara 10-40°C. Tumbuhan di daerah kutub hidup dengan baik pada suhu
lingkungan antara 5-15°C.
Ikan hidup dengan baik pada lingkungan air
yang bersugu 10-30°C. Pada lingkungan air yang bersuhu lebih atau kurang dari
suhu tersebut, kehidupan ikan akan terganggu.
Manusia merupakan satu-satunya di alam yang
mempunyai akal dan pikiran. Dengan kemampuan ini, manusia dapat bertahan pada
berbagai suhu lingkungan, karena dapat mengubah suhu lingkungan sesuai dengan
kebutuhannya. Orang yang hidup di daerah dingin membuat rumah dengan ukuran
pendek-pendek, memakai mantel yang tebal, dan menggunakan pemanas ruangan AC,
yang memnyebabkan suhu ruangan menjadi sejuk. Dengan demikian, suhu lingkungan
bagi manusia tidak terlalu menjadi masalah.[2]
B.
Tingkat Keanekaragaman Makhluk Hidup
Keanekaragaman
hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah,
dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen,
tingkatan spesies maupun tingkatan ekosistem. Berdasarkan hal tersebut, para
pakar membedakan keanekaragaman hayati menjadi tiga tingkatan, diantaranya
sebagai berikut.
Keanekaragaman Gen. Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap individu makhluk hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel. Sehingga seluruh organisme yang ada di permukaan bumi ini mempunyai kerangka dasar komponen sifat menurun yang sama. Kerangka dasar tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan factor menurun yang mengatur tata cara penurunan sifat organisme. Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama, namun komposisi atau susunan, dan jumlah faktor dalam kerangka bisa berbeda-beda..
Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau secara buatan,Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, seperti pada rambutan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridisasi), seperti pada berbagai jenis mangga.
Keanekaragaman Gen. Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap individu makhluk hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel. Sehingga seluruh organisme yang ada di permukaan bumi ini mempunyai kerangka dasar komponen sifat menurun yang sama. Kerangka dasar tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan factor menurun yang mengatur tata cara penurunan sifat organisme. Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama, namun komposisi atau susunan, dan jumlah faktor dalam kerangka bisa berbeda-beda..
Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau secara buatan,Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, seperti pada rambutan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridisasi), seperti pada berbagai jenis mangga.
No
|
Mangga
|
Bentuk Buah
|
Rasa
|
Aroma
|
1
|
Golek
|
Lonjong Panjang
|
Manis
|
Tidak Wangi
|
2
|
Kuini
|
Bulat Telur, Besar
|
Manis
|
Wangi
|
3
|
Gedong
|
Bulat, Kecil
|
Lebih Manis
|
Tidak Wangi
|
Pada manusia juga terdapat keanekaragaman
gen yang menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar,
kecil, sedang); warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning); warna mata
(biru, hitam, coklat), serta bentuk rambut (ikal, lurus, keriting).
Jadi keanekaragaman hayati tingkat gen : Gen mengekspresikan
berbagai variasi dari satu jenis makhluk hidup, seperti tampilan pada bunga ros
merah dengan putih, ukuran daun, tinggi pohon, dsb
Keanekaragaman Jenis. Spesies atau jenis memiliki pengertian,
individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan
mampu saling kawin dengan sesamanya (inter hibridisasi) yang menghasilkan
keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman
jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis.
Perbedaan antar spesies organism dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga
lebih mudah diamati daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies. Dalam
keluarga kacang-kacangan kita kenal kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau,
kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut kita
dapat dengan mudah membedakannya karena di antara mereka ditemukan ciri khas
yang sama. Akan tetapi, ukuran tubuh atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah
dan biji, serta rasanya berbeda. Contoh lainnya terlihat keanekaragaman jenis
pada pohon kelapa, pohon pinang dan juga pada pohon palem.
Keanekaragaman Ekosistem. Ekosistem
dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk
hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Setiap makhluk hidup hanya akan tumbuh dan berkembang pada
lingkungan yang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu
jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain
yang sesuai.
Akibatnya, pada suatu lingkungan
akan terdapat berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan
secara damai. Mereka seolah-olah menyatu dengan lingkungan tersebut. Pada
lingkungan yang sesuai inilah setiap makhluk hidup akan dibentuk oleh
lingkungan. Sebaliknya, makhluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan
membentuk lingkungan tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya
akan terjadi interaksi yang dinamis.
Perbedaan
kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis
makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut
berbeda-beda. Akibatnya,
permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi akan
menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan
gugur, padang rumput, padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air
payau, laut, dan lain-lain. Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah
bervariasi baik mengenai kualitas komponen tersebut maupun kuantitasnya.
Hal inilah yang menyebabkan
terbentuknya keanekaragaman ekosistem di muka bumi ini. Antar komponen
ekosistem hidup berdampingan tanpa saling mengganggu, dan apabila terjadi
kepunahan atau gangguan terhadap salah satu anggotanya maka akan mengganggu
kelangsungan hidup organisme lainnya. Suatu perubahan yang terjadi pada
komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan
(homeostatis) ekosistem tersebut. Sebagai suatu sistem, di dalam setiap
ekosistem akan terjadi proses yang saling terkait. Misalnya, pengambilan
makanan, perpindahan energi atau energetika, daur zat atau materi, dan
produktivitas atau hasil keseluruhan ekosistem. Contoh keanekaragaman hayati
tingkat ekosistem adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai, pohon
aren tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik
di daerah dataran rendah.[3]
Untuk lebih detailnya kosistem tersusun
dari komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Antara kedua
komponen tersebut saling berinteraksi.
1. Komponen Biotik
Komponen biotik merupakan bagian
ekosistem yang terdiri atas makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan, ataupun
makhluk hidup pengurai. Berdasarkan fungsinya di dalam ekosistem, komponen
biotik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer
(pengurai).
a. Produsen
Produsen merupakan makhluk hidup yang
dapat menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik yang sangat dibutuhkan
oleh makhluk hidup lainnya. Semua tumbuhan berklorofil merupakan
produsen karena dapat mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik melalui
proses fotosintesis. Fotosintesis dapat terjadi dengan bantuan cahaya matahari.
Hasil fotosintesis berupa gula yang kemudian dapat diurai menjadi lemak,
protein, karbohidrat, dan vitamin yang merupakan sumber energi bagi makhluk
hidup lainnya.
b. Konsumen
Konsumen merupakan makhluk hidup yang
berperan sebagai pemakan bahan organik atau energi yang dihasilkan oleh
produsen yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Manusia, hewan,
dan tumbuhan tak berklorofil merupakan konsumen karena tidak dapat mengubah
bahan anorganik menjadi bahan organik sehingga manusia, hewan, dan tumbuhan tak
berklorofil disebut konsumen.
Konsumen dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu sebagai
berikut.
1) Konsumen tingkat pertama (konsumen primer) merupakan konsumen
yang memakan tumbuhan secara langsung, misalnya, hewan pemakan tumbuhan
(herbivor), seperti zooplankton, ulat, belalang, tikus, sapi, kerbau, kambing,
dan kuda.
2) Konsumen tingkat kedua (konsumen sekunder) merupakan konsumen
yang memakan konsumen tingkat pertama, misalnya, burung pemakan ulat dan ular
pemakan tikus. Biasanya adalah hewan pemakan daging (karnivora).
3) Konsumen tingkat ketiga
(konsumen tersier) merupakan konsumen yang memakan konsumen tingkat kedua,
misalnya, burung elang pemakan ular atau burung alap-alap pemakan burung
pemakan ulat.
4) Konsumen tingkat keempat (konsumen puncak) merupakan konsumen
yang memakan konsumen tingkat ketiga. Manusia sebagai pemakan tumbuhan dan
daging (omnivora) berada pada tingkatan konsumen.
c. Dekomposer (Pengurai)
Onggokan sampah yang menumpuk akan diurai
oleh bakteri pembusuk dan jamur. Sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sisa
bahan organik lainnya akan menjadi makanan bagi bakteri pembusuk. Setelah
diurai oleh bakteri, sisa bahan organik tersebut membusuk menjadi komponen
penyusun tanah.
Tanah menjadi subur dan baik untuk
ditanami. Begitu seterusnya sehingga tanaman sebagai produsen dikonsumsi oleh
konsumen primer dan sampai pada akhirnya konsumen akhir mati dan diuraikan oleh
dekomposer..
Berdasarkan sumber makanan makhluk hidup,
komponen biotik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1 ) Makhluk
Hidup Autotrof
Makhluk hidup Autotrof merupakan makhluk
hidup yang mampu membuat makanan sendiri dengan cara mengubah bahan anorganik
menjadi bahan organik. Makhluk hidup ini merupakan semua makhluk hidup yang
mengandung klorofil sehingga dengan bantuan sinar matahari dapat melakukan
fotosintesis. Contohnya, produsen atau tumbuhan hijau.
2 ) Makhluk
Hidup Heterotrof
Makhluk hidup Heterotrof adalah makhluk
hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri karena tidak dapat mengubah
bahan anorganik menjadi bahan organik. Makhluk hidup ini dapat memperoleh
makanan dengan cara memakan makhluk hidup lain. Contohnya makhluk hidup
herbivora, karnivora, dan omnivora.
2. Komponen Abiotik
a .Cahaya Matahari dalam berfotosintesis, tumbuhan hijau memerlukan
cahaya matahari. Tanpa adanya cahaya
matahari, tumbuhan hijau tidak dapat melakukan fotosintesis.
b Oksigen dan Karbon Dioksida. Oksigen diperlukan oleh hewan,
tumbuhan, dan manusia dalam proses respirasi. Pada respirasi dikeluarkan gas
karbon dioksida. Karbon dioksida diperlukan oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis. Dalam proses fotosintesis akan dilepaskan oksigen. Dengan
demikian, terjadi siklus oksigen dan karbon dioksida dalamproses pernapasan dan
fotosintesis.
c. Air Untuk mempertahankan
hidupnya, setiap makhluk hidup memerlukan air. Tubuh makhluk hidup terdiri dari
90% air. Air berfungsi sebagai pelarut zat makanan yang dimakan oleh makhluk
hidup. Air juga diperlukan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Bagi hewan
air, seperti ikan, katak, dan buaya, air diperlukan untuk tempat hidupnya.
d. Tanah merupakan tempat tumbuh makhluk hidup dalam suatu
ekosistem. Selain itu, tanah merupakan sumber makanan bagi hewan dan tumbuhan.
Tanah merupakan tempat hidup berbagai makhluk hidup yang beraneka ragam.
e. Suhu. Seperti telah disebutkan di atas bahwa adanya cahaya
matahari sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya suhu. Pada saat matahari
bersinar terik dengan intensitas yang tinggi, suhu udara akan meningkat
sehingga udara terasa panas.
f. Kelembapan Daerah yang
berhawa dingin seperti pegunungan lebih lembap daripada daerah yang berhawa
panas seperti pantai. Pada daerah lembap, lebih banyak terdapat tumbuhan yang
memerlukan sedikit sinar matahari, seperti paku-pakuan, lumut, dan
anggrek-anggrekan yang biasanya hidup secara epifit pada batu-batu lembap,
batang kayu basah, dan lainnya. Di
daerah panas, misalnya pantai, lebih banyak ditumbuhi tumbuhan, seperti bakau
dan pohon kelapa.
Hubungan Antar Komponen Ekosistem
Di dalam ekosistem terjadi saling
ketergantungan antar komponen, sehingga apabila salah satu komponen mengalami
gangguan maka mempengaruhi komponen lainnya.
1 .
Hubungan antara komponen biotik dan komponen abiotik
Keberadaan komponen abiotik dalam
ekosistem sangat mempengaruhi komponen biotik. Misal: tumbuhan dapat hidup baik
apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tumbuhan tersebut,
contohnya air, udara, cahaya, dan garam-garam mineral. Begitu juga sebaliknya
komponen biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik yaitu tumbuhan yang ada di
hutan sangat mempengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat bertahan,
tanah menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan, air tidak dapat
tertahan sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan menjadi tandus. Komponen
abiotik yang tidak tergantung dengan biotik antara lain: gaya grafitasi,
matahari, tekanan udara.
2 .
Hubungan antara komponen biotik dengan komponen biotik
Di antara produsen, konsumen dan pengurai
adalah saling ketergantungan. Tidak ada makhluk hidup yang hidup tanpa makhluk
lainnya. Setiap makhluk hidup memerlukan makhluk hidup lainnya untuk saling
mendukung kehidupan baik secara langsung maupun tak langsung. Hubungan saling
ketergantungan antar produsen, konsumen dan pengurai. Terjadi melalui peristiwa
makan dan memakan melalui peristiwa sebagai berikut:
a . Rantai makanan
b . Jaring-jaring makanan
c . Piramida
makanan
d . Arus energi
e . Siklus energi
C.
Perbedaan Benda Hidup dan Mati
! Ciri-Ciri Benda Hidup :
a. Bergerak, yaitu makhluk hidup dapat bergerak baik pindah tempat maupun pergerakan
a. Bergerak, yaitu makhluk hidup dapat bergerak baik pindah tempat maupun pergerakan
dari bagian tubuh-tubuhnya.
b. Metabolisme
Makhluk hidup melakukan metabolisme, yang meliputi: nutrisi, respirasi, sintesis, dan
b. Metabolisme
Makhluk hidup melakukan metabolisme, yang meliputi: nutrisi, respirasi, sintesis, dan
eksresi..
c. Mempertahankan jenisnya / hidupnya, seperti regulasi, reproduksi, adaptasi, dan
c. Mempertahankan jenisnya / hidupnya, seperti regulasi, reproduksi, adaptasi, dan
evolusi.
d. Tanggap terhadap rangsang, yaitu makhluk hidup mampu memberikan tanggapan
d. Tanggap terhadap rangsang, yaitu makhluk hidup mampu memberikan tanggapan
terhadap rangsangan yang diterimanya.
! Ciri-ciri Benda Mati
a. Tidak dapat bergerak.
Benda mati tidak dapat bergerak, kecuali kalau ada pengaruh luar.
b. Tidak mengadakan metabolisme
c. Tidak mempertahankan jenisnya.
d. Tidak ada tanggapan terhadap rangsang.[4]
D. Pengelompokkan Makhluk Hidup Berdasarkan Ciri
Klasifikasi
atau pengelompokan mahluk hidup ke dalam lima kingdom (lima kerajaan)
dikemukakan oleh R.H
Whittaker pada tahun
1969. Pengklasifikasian
ini didasarkan pada ciri-ciri morfologi,anatomi dan fisiologinya. Dalam
klasifikasi lima kingdom, mahluk hidup dikelompokkan kedalam kingdom (kerajaan)
monera, protista, fungi, plantae dan animalia.
1. Kingdom Monera
Monera merupakan mahluk hidup ber sel satu (unisel)
dengan inti sel tidak dilapisi dengan membran inti (prokariotik).
Kerajaan monera dibagi menjadi dua divisi yaitu bakteri dan ganggang hijau biru
(Cyanobacteria). Bakteri
merupakan mahluk hidup yang berkembang biak dengan membelah diri dan mempunyai
habitat di air, tanah dan udara. Bakteri mempunyai ukuran yang sangat kecil
sehingga hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop.
Berdasarkan
bentuknya, bakteri ada yang berbentuk bulat (coccus), batang (basil),
spiral dan koma (vibrio). Bakteri
mempunyai peranan yang besar bagi kehidupan manusia, diantaranya :
·
Sebagai pengurai (saprovor), bersama-sama dengan jamur, bakteri
menguraikan mahluk hidup yang sudah mati untuk diubah menjadi zat anorganik.
·
Penghasil antibiotik untuk pengobatan penyakit.
·
Penghasil bahan pangan, misalnya pemanfaatan bakteri untuk
pembuatan cuka, yoghurt, nata de coco.
·
Pengikat N2 bebas di udara
Selain itu, ada pula bakteri yang merugikan bagi
kehidupan manusia karena bakteri tersebut merupakan penyebab penyakit pada
manusia, diantaranya :
·
Salmonella thyphosa, penyebab penyakit tifus
·
Mycobacterium tuberculosis, penyebab penyakit TBC
·
Mycobacterium leprae, penyebab penyakit lepra
·
Treponema pallidum, penyebab penyakit sifilis
·
Shigella dysentriae , penyebab penyakit disentri basile
·
Diplococcus pneumoniae, penyebab penyakit radang paru-paru
·
Vibrio cholera, penyebab penyakit kolera
2. Kingdom Protista
Protista merupakan organisme eukariotik (mempunyai
lapisan membran inti sel), uniseluler (bersel satu) yang hidup soliter atau
berkoloni. Protista dapat digolongkan menjadi protista mirip hewan (protozoa),
protista mirip tumbuhan (alga) dan protista mirip jamur (jamur lendir/slame
mold).
Protista mirip hewan (protozoa)
Berdasarkan alat geraknya protozoa dibedakan menjadi 5 kelas
yaitu:
·
Flagellata atau Mastigophora
Flagellata umumnya hidup di dalam air, beberapa hidup parasit
pada hewan dan manusia. Mempunyai buluh cambuk dan bentuk tubuh tetap.
Berkembangbiak dengan cara aseksual dengan pembelahan biner dan seksual dengan
cara konjugasi. contoh : Euglena
viridis, Volvox globator, Tripanosoma cruci.
·
Ciliata
Merupakan kelas terbesar dari protozoa. Ciliata adalah hewan
yang berbulu getar. Silia berfungsi untuk bergerak. Menangkap makanan dan untuk
menerima rangsangan dari lingkungan. Habitat banyak di tempat berair. Contoh :
Paramecium sp., Balantidium
coli.
·
Rhizopoda/Sarcodina
Bergerak
dan menangkap mangsa dengan menggunakan kaki semu (ada dua macam yaitu lobodia
dan filopodia). Hidup bebas di dalam air laut dan tawar. Berkembangbiak dengan
cara membelah biner. Contoh : Amoeba
sp., Entamoeba histolytica.
·
Sporozoa
Sporozoa adalah hewan berspora, tidak mempunyai alat gerak,
bergerak dengan mengubah kedudukan tubuhnya. Hampir semua spesies ini bersifat
parasit. Reproduksi dengan dua cara yaitu: vegetatif (schizogojni/pembelahan
diri berlangsung dalam tubuh inang dan sporogoni/membuat spora yang berlangsung
dalam tubuh inang perantara) dan generatif (melalui peleburan yang terjadi pada
tubuh nyamuk). Contoh : Plasmodium
vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale penyebab
penyakit malaria.
3. Kingdom Fungi
Merupakan kelompok makhluk hidup yang memperoleh
makanan dengan cara menguraikan sisa makhluk hidup lain. Menyerupai tumbuhan
namun tidak memiliki klorofil. Ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler,
memilki dinding sel yang jelas, contoh: jamur dan ragi/khamir. Jamur
multiseluler tersusun atas rangkaian sel-sel yang membentuk benang dengan atau
tanpa sekat melintang, disebut hifa.
Hifa dapat berfungsi sebagai penyerap makanan yang dilakukan oleh miselium (kumpulan hifa ).
Fungi pada umumnya bersifat saprofit (organisme yang hidup dan makan dr bahan
organik yg sudah mati atau yg sudah busuk) dan parasit (organisme yg hidup dan
mengisap makanan dr organisme lain yg ditempelinya).
Jamur
dibagi menjadi 6 divisi, yaitu Myxomycotina (jamur lendir), Oomycotina,
Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina dan Deuteromycotin.
4. Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Kingdom plantae mempunyai ciri eukariotik
multiseluler, mempunyai dinding sel yang tersusun atas selulosa, mempunyai
klorofil sehingga bersifat autotrof (dapat menghasilkan makanan sendiri).
Kingdom
plantae terdiri atas divisio bryophyta (lumut), pteridophyta (paku) dan
spermatophyta (tumbuhan berbiji)
5. Kingdom Animalia
Kingdom animalia mempunyai ciri eukariotik
multiseluler, bersifat heterotrof (tidak dapat menghasilkan makanan sendiri),
bergerak aktif. Berdasarkan keberadaan tulang belakangnya dibedakan
menjadi avertebrata (tidak bertulang belakang) dan vertebrata (bertulang
belakang).
VERTEBRATA
1. Pisces (Ikan)
Mempunyai ciri binatang air karena berkulit tipis. Kulit tertutup sisik, ada 4 macam sisik yaitu:
- Plakoid, Ganoid, keduanya terdapat pada ikan bertulang rawan
- Sikloid dan stenoid, keduanya terdapat pada ikan bertulang sejati
2. Amphibia (amfibi)
Mempunyai ciri-ciri binatang air karena berkulit tipis. Kulit banyak berkelenjar tidak bersisik, mudah dilepaskan karena di bawahnya terdapat rongga yang berlimfa. Kulit dapat berubah warna dipengaruhi (dirangsang) oleh suhu dan cahaya. perubahan ini di atur oleh hormon. Pada suhu yang tinggi kulit berwarna pucat.
3. Reptilia (reptil)
Mempunyai ciri-ciri binatang darat karena berkulit tebal. Kulit tebal, bersisik dari zat tanduk atau dari tulang (pada buaya), atau memiliki kerangka luar (pada Cheilonia) yang terdiri dari karapas (dibagian atas) dan plastron (dibagian bawah).
Mempunyai ciri binatang air karena berkulit tipis. Kulit tertutup sisik, ada 4 macam sisik yaitu:
- Plakoid, Ganoid, keduanya terdapat pada ikan bertulang rawan
- Sikloid dan stenoid, keduanya terdapat pada ikan bertulang sejati
2. Amphibia (amfibi)
Mempunyai ciri-ciri binatang air karena berkulit tipis. Kulit banyak berkelenjar tidak bersisik, mudah dilepaskan karena di bawahnya terdapat rongga yang berlimfa. Kulit dapat berubah warna dipengaruhi (dirangsang) oleh suhu dan cahaya. perubahan ini di atur oleh hormon. Pada suhu yang tinggi kulit berwarna pucat.
3. Reptilia (reptil)
Mempunyai ciri-ciri binatang darat karena berkulit tebal. Kulit tebal, bersisik dari zat tanduk atau dari tulang (pada buaya), atau memiliki kerangka luar (pada Cheilonia) yang terdiri dari karapas (dibagian atas) dan plastron (dibagian bawah).
Pada kadal dan ular, kulit luar yang menandu dapat mengelupas
disebut ekskuvikasi. Bunglon dapat merubah warna kulitnya. perubahan warna kulit dirangsang warna
sekitarnya dan diatur oleh susunan saraf simpatetik.
4. Aves (burung)
Merupakan binatang darat karena berkulit tebal. Kulit tertutup bulu, kecuali pada tungkai kakinya tertutup sisik zat tanduk. Pada pangkal paruh sebelah atas terdapat tonjolan kulit yang disebut sora.
Macam bulu pada burung:
- Plumae yang mendasari bentuk tubuh
- Plumulae yang lunak seperti kapas
- Filoplumae yang menyerupai rambut bertangkai panjang
5. Mammalia
Merupakan binatang darat karena berkulit tebal. Kuit tertutup rambut kecuali pada Cetacea dan Sirenia (mamalia air) tidak berambut. Pada ekor tikus juga tidak berambut tapi bersisik. Pada mamalia darat terdapat kelenjar keringat, kecuali pada anjing.[5]
4. Aves (burung)
Merupakan binatang darat karena berkulit tebal. Kulit tertutup bulu, kecuali pada tungkai kakinya tertutup sisik zat tanduk. Pada pangkal paruh sebelah atas terdapat tonjolan kulit yang disebut sora.
Macam bulu pada burung:
- Plumae yang mendasari bentuk tubuh
- Plumulae yang lunak seperti kapas
- Filoplumae yang menyerupai rambut bertangkai panjang
5. Mammalia
Merupakan binatang darat karena berkulit tebal. Kuit tertutup rambut kecuali pada Cetacea dan Sirenia (mamalia air) tidak berambut. Pada ekor tikus juga tidak berambut tapi bersisik. Pada mamalia darat terdapat kelenjar keringat, kecuali pada anjing.[5]
E. Nama Ilmiah Makhluk Hidup
Penulisan Nama Spesies Menurut Binomial
Nomenklatur
1.
Nama
spesies harus terdiri atas dua kata tunggal yang sudah dilatinkan.
2.
Kata
pertama menunjukkan nama genus dan kata kedua merupakan nama
penunjuk spesies (nama yang spesifik).
3.
Kata
pertama dimulai dengan huruf kapital dan kata kedua harus ditulis dengan huruf
kecil, meskipun berasal dari nama orang, negara atau pulau.
4.
Nama
spesies ditulis dengan huruf miring atau dicetak tebal atau diberi garis bawah.
5.
Kedua
kata harus dipisahkan.
Contoh penulisan nama spesies yang benar: Nasalis larvatus
(Bekatan)
Keterangan:
a.
Nomor
1+2 merupakan nama spesies.
b.
Nomor
1 merupakan nama genus dan nomor 2 merupakan nama penunjuk spesies.
c.
Nama
spesies dicetak miring atau dicetak tebal atau digaris bawah.
Penulisan Nama Familia
Cara penulisan nam famili, yaitu:
a.
Tumbuhan:
nama genus + -aceae.
Misalnya: Solanaceae, berasal dari kata
Solanum (genus) + -aceae.
b.
Hewan:
nama genus + -idea.
Misalnya: Felidae, berasal dari kata
Felis + -idea.[6]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Makhluk hidup merupakan benda hidup yang
mempunyai ciri khas yang membedakan dengan makhluk tak hidup. Ciri-ciri makhluk
hidup yang membedakan dengan benda tak hidup antara lain; bernapas, bergerak,
menerima dan menanggapi rangsang, berkembang biak, tumbuh dan berkembang,
memerlukan makan dan mengeluarkan zat sisa.
Makhluk hidup di dunia ini sangat beraneka
ragam. Keanekaragaman makhluk hidup menjadikan para ilmuan membuat suatu sistem
yang dinamakan klasifikasi. Tujuan dari klasifikasi adalah mempermudah para
ilmuan untuk mempelajari makhluk hidup sesuai dengan persamaan yang ada pada
makhluk hidup. Keanekaragaman pada makhluk hidup dibagi menjadi: keanekaragaman
ekosistem, keanekaragaman jenis, dan keanekargaman gen.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohartono, Slamet dan Rosito, Biologi Sains 1A, 1996,
Jakarta : Bumi Aksara
Solikhin, Buku Kerja Peserta Didik Sarana Evaluasi Raih Prestasi
Biologi SMA-MA Kelas X Semester 1, (Banjarmasin:_______, 2006)
Yulliawati, Tetty dan Denny Indra Sukry, Ilmu Pengetahuan Alam
Lengkap SMP, 2004, Depok : Kawan Pustaka.
[1]
Tetty
Yulliawati, dan Denny Indra Sukry, Ilmu Pengetahuan Alam Lengkap SMP,
2004, Depok : Kawan Pustaka, h. 133
[2] Slamet
Prawirohartono,dan Rosito, Biologi Sains 1A, 1996, Jakarta : Bumi Aksara,
h. 7-13
[4] http://funikacute.blogspot.com/2012/01/perbedaan-makhluk-hidup-dengan-benda.html/22September/16:05
[6] Solikhin, Buku
Kerja Peserta Didik Sarana Evaluasi Raih Prestasi Biologi SMA-MA Kelas X
Semester 1, (Banjarmasin:_______, 2006) h. 66-67.
Klasifikasi Makhluk Hidup atau pengelompokan mahluk hidup ke dalam lima kingdom (lima kerajaan) dikemukakan oleh R.H Whittaker pada tahun 1969. Pengklasifikasian ini didasarkan pada ciri-ciri morfologi,anatomi dan fisiologinya. Dalam klasifikasi lima kingdom, mahluk hidup dikelompokkan kedalam kingdom (kerajaan) monera, protista, fungi, plantae dan animalia.
BalasHapus