Jumat, 24 Oktober 2014

SASARAN DAN OBJEK PENILAIAN ASPEK KEPRIBADIAN, ASPEK KOGNITIF, ASPEK AFEKTIF DAN ASPEK PSIKOMOTOR

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Pada mata pelajaran tertentu evaluasi kadang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan ada juga pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Kapan waktu pelaksanaan evaluasi tersebut tidak menjadi masalah bagi guru yang penting dalam satu kali pertemuan ia telah melaksanakan penilaian terhadap siswa di kelas.
Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.
Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan tes tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak. Tetapi kegiatan ini mempunyai kelemahan yaitu anak yang suka gugup walaupun ia mengetahui jawaban dari soal tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa gugupnya itu. Dan kelemahan lain tes lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru harus punya banyak persediaan soal. Tetapi ada juga guru yang mewakilkan beberapa orang anak yang pandai, anak yang kurang dan beberapa orang anak yang sedang kemampuannya utnuk menjawab beberapa pertanyaan atau soal yang berhubungan dengan materi pelajaran itu.
Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan, yang jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penialaian tersebut.
Karena ada juga guru yang tidak mengiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.
Akhir-akhir ini kalau kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan apakah cara untuk mengatasinya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan ?
2.      Apa saja yang menjadi objek evaluasi pendidikan ?
3.      Apa saja yang menjadi unsur-unsur objek evaluasi pendidikan ?
4.      Bagaimana membedakan aspek kognitif, afektif dan psikomotor ?

C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Dapat mengetahui pengertian evaluasi pendidikan.
2.      Dapat mengetahui objek evaluasi pendidikan.
3.      Dapat mengetahui unsur-unsur objek evaluasi pendidikan.
4.      Membedakan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Evaluasi Pendidikan
1.    Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (1983), evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran.
2.    Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”, artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
3.    Menurut Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
4.    Menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai “a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils”. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.
Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.[1]
B.   Objek Evaluasi Pendidikan
1.    Aspek kepribadian
Aspek kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang dan menampakkan bentuknyadalam tingkah laku. Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing, sebab baik buruknya kepribadian peserta secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengikuti program pendidikan tertentu. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkap kepribadian seseorang adalah dengan jalam menggunakan tes kepribadian (personality test).[2]
2.    Aspek Kognitif (Kemampuan)
Aspek kognitif (kemampuan) adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam aspek kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang dimaksud adalah :
1)   Pengetahuan (knowledge), adalah kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
2)   Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
3)   Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.
4)   Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
5)   Sintesis (synthesis) merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6)   Penelitian (evaluation) merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide.[3]
3.    Aspek Afektif (Sikap)
Aspek afektif (sikap) adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek afektif pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar. Aspek afektif ini oleh Krathwohl (1974) dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu :
1)   Menerima atau memperhatikan (receiving or attending).
2)   Menanggapi (responding).
3)   Menilai atau menghargai (valuing).
4)   Mengatur atau mengorganisasikan (organization).
5)   Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai (characterization by a value or value complex).[4]
4.    Aspek Psikomotor (Kepribadian)
Aspek Psikomotor (kepribadian) adalah aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berprilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam aspek kognitif dan aspek afektifnya. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari :
1)   Meniru (perception).
2)   Menyusun (manipulating).
3)   Melakukan dengan prosedur (precision).
4)   Melakukan dengan baik dan tepat (articulation).
5)   Melakukan tindakan secara alami (naturalization).[5]
C.  Unsur-Unsur Objek Evaluasi Pendidikan
1.    Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal :
a)    Kemampuan
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.
b)   Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau pesonality test.

c)    Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol an sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengukur keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.
d)   Inteligensi
Untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut.
2.    Transformasi
Telah dijelaskan bahwa banyak unsur yang terdapat dalam tranformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau obyek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain :
a)    Kurikulum/materi
b)   Metode dan cara penilaian
c)    Sarana pendidikan/media
d)   Sistem administrasi
e)    Guru dan personal lainnya
3.    Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.[6]
D.  Membedakan Aspek Kognitif, Afektif Dan Psikomotor
Dalam suatu pembelajaran berhitung, maka dapat dibedakan proses penilaian antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Aspek Kognitif
Aspek Afektif
Aspek Psikomotor
Dalam berhitung dapat di artikan sebagai aktivitas kognitif dalam memahami hitungan secara tepat dan kritis, aktivitas ini sering disebut sebagai kemampuan membaca atau lebih khusus disebut sebagai kemampuan kognisi.
Berhubungan dengan sikap dan minat atau motivasi siswa untuk membaca, misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau sebaliknya, gemar membaca, malas membaca, dan lain-lain.
Berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat melakukan kegiatan berhitung. Aktivitas fisik pada saat berhitung.








BAB IV
PENUTUP

SIMPULAN
           
Aspek kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang dan menampakkan bentuknyadalam tingkah laku.
Aspek kognitif (kemampuan) adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam aspek kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang yang paling tinggi.
Aspek afektif (sikap) adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek afektif pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar.
Aspek Psikomotor (kepribadian) adalah aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.











DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (____). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
Sudijono Dan Anas. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidkan. Jakarta: Raja Grafindo
Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya



[1] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, hlm.2-4
[2] Sudijono Dan Anas, Pengantar Evaluasi Pendidkan, Jakarta: Raja Grafindo, 2005, hlm.17
[3] Ibid, hlm.49-52
[4] Ibid, hlm.54
[5] Ibid, hlm.58
[6] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar