Jumat, 24 Oktober 2014

TUJUAN FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Masih ada upaya lain untuk menjelaskan apa itu filsafat, yaitu dengan caramemahami macam-macam pengetahuan manusia. Manusia pada hakikatnya adalahmakhluk ciptaan tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhlukciptaan lain-Nya dimuka bumi ini. Hali ini disebabkan manusia memiliki akal danfikiran (rasio), sehingga ia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang berbudaya. Kemampuan mengembangkan diri itu dilakukan manusia melaluiinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
            Filsafat adalah salah satu jenis pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan filsafat. Akan tetapi apa itu pengetahuan? Pengetahuan ialah keadaan tahu atau pengetahuan ialah semua yang diketahui.
B.            Rumusan Masalah
1.    Apa itu manusia dan apa tujuan hidupnya?
2.    Apa Tujuan Pendidikan?
3.    Apa Tujuan Filsafat Pendidikan?
C.            Tujuan
1.      Untuk Mengetahui apa itu manusia dan tujuan hidupnya.
2.      Untuk Mengetahui Tujuan Pendidikan.
3.      Untuk Mengetahui Tujuan Filsafat Pendidikan.





BAB II
PEMBAHASAN
A.           Manusia dan Tujuan Hidupnya
Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku (sunnatullah). Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba  Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan kesukaan (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya. manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia sebagai khalifah Allah mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah.
Tujuan hidup manusia jelas nampak ialah bagaimana memudahkan hidup ini dan bagaimana menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi suatu Negara dan bangsa dan bagaimana melindungi diri dan bangsa mereka dari segala gangguan, hambatan, rintangan, dan marabahaya yang mengancam kelestarian kelenggangan serta kelangsungan hidup bangsa itu dari masa kemasa. Tujuan hidup mereka bertambah jelas, yaitu buat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan, mula-mula bagi diri dan keluarganya, kemudian buat ras dan bangsanya, kemudian lagi buat Negara dan tanah airnya. Setelah umat manusia mengenal agama, maka kesejahteraan yang mereka tunjukkan bukan lagi, hanya kesejahteraan lahiriah belaka, akan tetapi juga akan menambambahkan kemakmuran dan kesejahteraan rohaniah, moral, dan spiritual[1].
Menurut John Dewey menyebutkan ada tiga kriteria yang baik :
1.    Tujuan hidup yang telah ada menciptakan perkembangan lebih baik dari pada kondisi yang telah ada sebelumnya. Dia harus dilandaskan kepada pertimbangan atau pemikiran yang sudah berjalan dan kepada sumber-sumber serta kesulitan-kesulitan yang ada.
2.    Tujuan itu harus fleksibel, dan dia harus dapat menyesuaikan dengan keadaan. Suatu tujuan akhir yang dibuat diluar proses untuk bertindak selalu akan kaku. Kalau dimasukkan atau dipaksa dari luar, dapat diperkirakan tidak akan memunyai hubungan kerja dengan kondisi-kondisi konkrit dari suatu situasi.
3.    Tujuan itu harus mewakili kebebasan aktifitas aktifitas kalimat : tujuan dalam pandangan (sedang dipikirkan) ada sugestif sifatnya karena ia menggambarkan dala pikiran kita kesudahan atau kesimpulan dari beberapa proses. Satu-satunya cara dimana kita dapat menentukan suatu aktifitas adalah dengan mendapatkan sasaran atau tujuan diatas dimana aktifitas kita akan berakhir[2].  
B.            Tujuan Pendidikan
Mengenai tujuan pendidikan yang baik terdapat beberapa macam ketentuan antara lain :
1.    Suatu tujuan pendidikan harus ditegakkan diatas aktifitas dan keperluan sesungguhnya (termasuk naluri dan kebiasaan tingkah laku yang asli), dari orang-orang tertentu, yang harus dididik.
2.    Suatu tujuan haruslah dapat diterjemahkan menjadi metode untuk bekerja sama dengan aktifitas anak-anak yang sedang mendalami pendidikan itu. Tujuan itu harus menciptakan situasi yang diperlukan untuk memberi kebebasan kepada anak-anak itu dan membangkitkan kemampuan dalam belajar.
3.    Para pendidik haruslah berhati-hati dan waspada terhadap tujuan yang menurut perkiraan bersifat umum karena setiap aktifitas betapapun spesifiknya, jelas masih tetap bersifat umum dalam hubungannya yang bercabang-cabang dan beraneka ragam itu, sebab dia secara tidak teratur tetap mengantarkan seseorang kepada maksud yang lain[3].
Jika berbicara tentang pendidikan, akan terkait erat dengan sistem nilai dan norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan. Di dalam tujuan pendidikan, ada beberapa nilai-nilai yang perlu diperhatikan.
1.      pendidikan harus bersifat otonomi,
2.      pendidikan haruslah bersifat equity (adil).
3.      Survival.
Pendidikan secara khusus dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan atau pendidikan secara luas sebagai bentuk pemberian tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya kedewasaan.
Secara umum, manusia dewasa ialah manusia yang dianggap telah mandiri, bertanggung jawab, telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan, sekaligus berkesanggupan untuk melaksanakan norma dan moral tersebut[4].
C.            Tujuan Filsafat Pendidikan
1.             Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri
2.             Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri
3.             Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangna yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan
4.             Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri
5.             Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu mendidik
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu :
1. Idealisme
2. Realisme
3. Pragmatisme
4. Humanisme
5. Behaviorisme
6. konstruktivisme.
Tujuan filsafat pendidikan adalah mengantarkan para calon guru, para kepala sekolah, para pengawas, para konselor, dan para ahli kurikulum menuju kontak langsung dengan pertanyaan-pertanyaan besar yang mendasari makna dan tujuan hidup dan pendidikan. Untuk memahami pertanyaan-pertanyaan itu, para pelajar (pengkaji) harus bergumul dengan isu-isu, semisal hakikat realitas, makna dan sumber pengetahuan dan struktur nilai. Filsafat pendidikan tentunya membawa pelajar pada posisi dimana ia dapat secara “cerdas” menilai (mengevaluasi) tujuan-tujuan akhir alternatif, mengaitkan tujuannya dengan tujuan-tujuan yang diinginkan, dan menyeleksi metode-metode pengajaran yang sesuai dengan tujuannya. Kemudian, sebuah tugas utama filsafat pendidika adalah membantu para pendidik berfikir secara bermakna tentang totalitas pendidikan dan proses hidup sehingga mereka berada dalam posisi yang lebih baik untuk bisa mengembangkan sebuah program yang konsistem dan komprehensif yang membekali para pelajar mereka dalam meraih tujuan yang diinginkan[5].

















BAB III
PENUTUP
Simpulan
            Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku (sunnatullah). Tujuan hidup manusia jelas nampak ialah bagaimana memudahkan hidup ini dan bagaimana menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran, Tujuan hidup manusia bertambah jelas, yaitu buat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan, mula-mula bagi diri dan keluarganya, kemudian buat ras dan bangsanya, kemudian lagi buat Negara dan tanah airnya. Setelah umat manusia mengenal agama, maka kesejahteraan yang mereka tunjukkan bukan lagi, hanya kesejahteraan lahiriah belaka, akan tetapi juga akan menambambahkan kemakmuran dan kesejahteraan rohaniah, moral, dan spiritual. Di dalam tujuan pendidikan, ada beberapa nilai-nilai yang perlu diperhatikan. 1. pendidikan harus bersifat otonomi, 2. pendidikan haruslah bersifat equity (adil). 3. Survival. Pendidikan secara khusus dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan atau pendidikan secara luas sebagai bentuk pemberian tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya kedewasaan. Secara umum, manusia dewasa ialah manusia yang dianggap telah mandiri, bertanggung jawab, telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan, sekaligus berkesanggupan untuk melaksanakan norma dan moral tersebut. Tujuan filsafat pendidikan dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu : 1. Idealisme; 2. Realisme; 3. Pragmatisme; 4. Humanisme; 5. Behaviorisme; 6. konstruktivisme.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Hamdani. 1986. Filsafat Pendidikan. Jakarta : Kota Kembang Yogyakarta.
Arif Mahmud. 2007. Filsafat Pendidikan. Bandung : Gama Media.
Prasetyo Tri. 1997. Filsafat Pendidikan. Bandung : CV pustaka Setia.
HW Gandhi Wangsa Teguh. 2011. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta.




             












[1]Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, Jakarta : Kota Kembang Yogyakarta, 1986, Hlm. 76
[2] Tri Prasetyo, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997, Hlm. 180-181
[3]Ibid, hlm. 84-85
[4]Teguh Wangsa Gandhi WH, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011, Hlm. 68-69 
[5]Mahmud Arif, Filsafat Pendidikan, Gama Media, 2007, Hlm. 5 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar