BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masih ada upaya lain untuk menjelaskan apa itu filsafat, yaitu
dengan caramemahami macam-macam pengetahuan manusia. Manusia pada hakikatnya
adalahmakhluk ciptaan tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhlukciptaan
lain-Nya dimuka bumi ini. Hali ini disebabkan manusia memiliki akal danfikiran
(rasio), sehingga ia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia
yang berbudaya. Kemampuan mengembangkan diri itu dilakukan manusia melaluiinteraksi
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Filsafat adalah salah satu
jenis pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan filsafat. Akan tetapi apa itu
pengetahuan? Pengetahuan ialah keadaan tahu atau pengetahuan ialah semua
yang diketahui.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa itu manusia dan apa tujuan hidupnya?
2. Apa Tujuan Pendidikan?
3. Apa Tujuan Filsafat Pendidikan?
C.
Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu manusia dan tujuan hidupnya.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Pendidikan.
3. Untuk Mengetahui Tujuan Filsafat Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manusia dan Tujuan Hidupnya
Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya
harus dikembangkan dan diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan
selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku (sunnatullah). Manusia diciptakan
oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak
sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni
kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian yang
dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan
kesukaan (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya. manusia
hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua
predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia
sebagai khalifah Allah mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai
kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap
tunduk dan patuh kepada sunnatullah.
Tujuan hidup manusia jelas nampak ialah bagaimana memudahkan hidup
ini dan bagaimana menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi suatu Negara
dan bangsa dan bagaimana melindungi diri dan bangsa mereka dari segala
gangguan, hambatan, rintangan, dan marabahaya yang mengancam kelestarian
kelenggangan serta kelangsungan hidup bangsa itu dari masa kemasa. Tujuan hidup
mereka bertambah jelas, yaitu buat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan,
mula-mula bagi diri dan keluarganya, kemudian buat ras dan bangsanya, kemudian
lagi buat Negara dan tanah airnya. Setelah umat manusia mengenal agama, maka
kesejahteraan yang mereka tunjukkan bukan lagi, hanya kesejahteraan lahiriah
belaka, akan tetapi juga akan menambambahkan kemakmuran dan kesejahteraan
rohaniah, moral, dan spiritual[1].
Menurut John Dewey menyebutkan ada tiga kriteria yang baik :
1.
Tujuan
hidup yang telah ada menciptakan perkembangan lebih baik dari pada kondisi yang
telah ada sebelumnya. Dia harus dilandaskan kepada pertimbangan atau pemikiran
yang sudah berjalan dan kepada sumber-sumber serta kesulitan-kesulitan yang
ada.
2.
Tujuan
itu harus fleksibel, dan dia harus dapat menyesuaikan dengan keadaan. Suatu
tujuan akhir yang dibuat diluar proses untuk bertindak selalu akan kaku. Kalau
dimasukkan atau dipaksa dari luar, dapat diperkirakan tidak akan memunyai
hubungan kerja dengan kondisi-kondisi konkrit dari suatu situasi.
3.
Tujuan
itu harus mewakili kebebasan aktifitas aktifitas kalimat : tujuan dalam
pandangan (sedang dipikirkan) ada sugestif sifatnya karena ia menggambarkan dala
pikiran kita kesudahan atau kesimpulan dari beberapa proses. Satu-satunya cara
dimana kita dapat menentukan suatu aktifitas adalah dengan mendapatkan sasaran
atau tujuan diatas dimana aktifitas kita akan berakhir[2].
B.
Tujuan
Pendidikan
Mengenai tujuan pendidikan yang baik terdapat beberapa macam
ketentuan antara lain :
1.
Suatu
tujuan pendidikan harus ditegakkan diatas aktifitas dan keperluan sesungguhnya
(termasuk naluri dan kebiasaan tingkah laku yang asli), dari orang-orang
tertentu, yang harus dididik.
2.
Suatu
tujuan haruslah dapat diterjemahkan menjadi metode untuk bekerja sama dengan
aktifitas anak-anak yang sedang mendalami pendidikan itu. Tujuan itu harus
menciptakan situasi yang diperlukan untuk memberi kebebasan kepada anak-anak
itu dan membangkitkan kemampuan dalam belajar.
3.
Para
pendidik haruslah berhati-hati dan waspada terhadap tujuan yang menurut
perkiraan bersifat umum karena setiap aktifitas betapapun spesifiknya, jelas
masih tetap bersifat umum dalam hubungannya yang bercabang-cabang dan beraneka
ragam itu, sebab dia secara tidak teratur tetap mengantarkan seseorang kepada
maksud yang lain[3].
Jika
berbicara tentang pendidikan, akan terkait erat dengan sistem nilai dan
norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan. Di dalam tujuan pendidikan, ada beberapa
nilai-nilai yang perlu diperhatikan.
1.
pendidikan
harus bersifat otonomi,
2.
pendidikan
haruslah bersifat equity (adil).
3.
Survival.
Pendidikan
secara khusus dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan oleh orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan atau pendidikan secara
luas sebagai bentuk pemberian tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam
pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya kedewasaan.
Secara
umum, manusia dewasa ialah manusia yang dianggap telah mandiri, bertanggung
jawab, telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan, sekaligus
berkesanggupan untuk melaksanakan norma dan moral tersebut[4].
C.
Tujuan
Filsafat Pendidikan
1.
Dengan berfikir filsafat seseorang bisa
menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri
2.
Seseorang dapat menjadi orang yang dapat
berfikir sendiri
3.
Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan
pandangna yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu
kesatuan
4.
Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sebab itu mengetahuai
pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri
sendiri
5.
Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan
istimewa karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu mendidik
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari
beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan itu
sendiri yaitu :
1. Idealisme
2. Realisme
3. Pragmatisme
4. Humanisme
5. Behaviorisme
6. konstruktivisme.
Tujuan filsafat pendidikan adalah mengantarkan
para calon guru, para kepala sekolah, para pengawas, para konselor, dan para
ahli kurikulum menuju kontak langsung dengan pertanyaan-pertanyaan besar yang
mendasari makna dan tujuan hidup dan pendidikan. Untuk memahami pertanyaan-pertanyaan itu,
para pelajar (pengkaji) harus bergumul dengan isu-isu, semisal hakikat
realitas, makna dan sumber pengetahuan dan struktur nilai. Filsafat pendidikan
tentunya membawa pelajar pada posisi dimana ia dapat secara “cerdas” menilai
(mengevaluasi) tujuan-tujuan akhir alternatif, mengaitkan tujuannya dengan
tujuan-tujuan yang diinginkan, dan menyeleksi metode-metode pengajaran yang
sesuai dengan tujuannya. Kemudian, sebuah tugas utama filsafat pendidika adalah
membantu para pendidik berfikir secara bermakna tentang totalitas pendidikan
dan proses hidup sehingga mereka berada dalam posisi yang lebih baik untuk bisa
mengembangkan sebuah program yang konsistem dan komprehensif yang membekali para pelajar mereka dalam meraih tujuan
yang diinginkan[5].
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus
dikembangkan dan diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan
selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku (sunnatullah). Tujuan hidup
manusia jelas nampak ialah bagaimana memudahkan hidup ini dan bagaimana
menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran, Tujuan hidup manusia bertambah jelas,
yaitu buat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan, mula-mula bagi diri dan
keluarganya, kemudian buat ras dan bangsanya, kemudian lagi buat Negara dan
tanah airnya. Setelah umat manusia mengenal agama, maka kesejahteraan yang
mereka tunjukkan bukan lagi, hanya kesejahteraan lahiriah belaka, akan tetapi
juga akan menambambahkan kemakmuran dan kesejahteraan rohaniah, moral, dan
spiritual. Di dalam tujuan pendidikan, ada beberapa nilai-nilai yang perlu
diperhatikan. 1. pendidikan harus bersifat otonomi, 2. pendidikan haruslah
bersifat equity (adil). 3. Survival. Pendidikan secara khusus dapat diartikan
sebagai pemberian bimbingan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaan atau pendidikan secara luas sebagai bentuk pemberian
tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan
sampai tercapainya kedewasaan. Secara umum, manusia dewasa ialah manusia yang
dianggap telah mandiri, bertanggung jawab, telah mampu memahami norma-norma
serta moral dalam kehidupan, sekaligus berkesanggupan untuk melaksanakan norma
dan moral tersebut. Tujuan filsafat pendidikan dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang
dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu : 1. Idealisme; 2. Realisme; 3. Pragmatisme; 4. Humanisme; 5. Behaviorisme; 6. konstruktivisme.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hamdani. 1986. Filsafat Pendidikan. Jakarta
: Kota Kembang Yogyakarta.
Arif Mahmud. 2007. Filsafat Pendidikan. Bandung
: Gama Media.
Prasetyo Tri. 1997. Filsafat Pendidikan. Bandung : CV
pustaka Setia.
HW Gandhi Wangsa Teguh. 2011. Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan.
Bandung : CV Alfabeta.
[1]Hamdani
Ali, Filsafat Pendidikan, Jakarta : Kota Kembang Yogyakarta, 1986, Hlm.
76
[2]
Tri Prasetyo, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997, Hlm.
180-181
[4]Teguh
Wangsa Gandhi WH, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011,
Hlm. 68-69
[5]Mahmud
Arif, Filsafat Pendidikan, Gama Media, 2007, Hlm. 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar